Menunda Kesenangan Kecil Demi Kesuksesan Besar
Minggu, 13 Januari 2013
0
komentar
Seberapa banyak yang ingin kita raih di dalam hidup ini ?
Apakah kita telah puas dengan
kondisi saat ini, ataukah masih ada keinginan untuk terus menggapai hal-hal
baru, yang selama ini belum kita dapatkan ?
Dalam proses kita untuk mencapai tujuan itu, ada rintangan yang seringkali menghambat langkah kita sesaat. Saat kita bisa menyelesaikan rintangan itu, akan membuat langkah kita ke depan menjadi semakin kuat dan mantap. Tapi kadang-kadang, seringkali tanpa sadar, saat kita bisa menyelesaikan suatu masalah, kita merasa sudah puas dengan kondisi itu, dan langkah kita terhenti disana.
Dalam proses kita untuk mencapai tujuan itu, ada rintangan yang seringkali menghambat langkah kita sesaat. Saat kita bisa menyelesaikan rintangan itu, akan membuat langkah kita ke depan menjadi semakin kuat dan mantap. Tapi kadang-kadang, seringkali tanpa sadar, saat kita bisa menyelesaikan suatu masalah, kita merasa sudah puas dengan kondisi itu, dan langkah kita terhenti disana.
Kita seolah sudah lupa, bahwa tujuan
utama kita sebenarnya belum tercapai. Ibaratnya, saat kita bersekolah, kita
mendapat nilai sepuluh dalam sebuah test harian. Dan kita sudah cukup puas
dengan nilai itu, padahal ujian-ujian itu tadi hanyalah proses-proses
sementara, karena bukankah tujuan utama dalam bersekolah adalah naik kelas, dan
lulus ? Kesenangan-2 kecil, tentu perlu juga dirayakan, karena bisa memberikan
kebahagiaan, kebanggaan dan kesenangan sementara. Tapi tentu kita tidak boleh
terlena di dalamnya lalu berhenti disana. Setelah kesenangan itu selesai
dirayakan, kita harus kembali bekerja keras pada jalur utama yang kita tuju.
Orang-orang yang sukses di dunia ini, mereka bahkan berani menunda kenikmatan
kecil mereka, demi sebuah tujuan utama yang lebih besar.
Sebuah kisah nyata yang tepat
bagaimana kita menunda kesenangan kecil demi mendapatkan kesuksesan yang lebih
besar, adalah Sylvester Stallone. Dia memang kini salah satu aktor termahal di
Hollywood, tapi tahukah anda bagaimana dia memulai karirnya ? Stallone lahir
dari sebuah keluarga miskin di Amerika. Walau demikian, latar belakang keluarga
tidak menghalanginya untuk bermimpi menjadi seorang bintang besar. Saat remaja,
dia sudah sering mencoba casting di beberapa film murahan, namun itupun tidak
pernah berhasil. Suatu saat, Stallone terinspirasi pada sebuah pertandingan
tinju, yang membuatnya menulis tentang manuscipt film olahraga tinju, “Rocky”.
Setelah selesai, Stallone mencoba
menawarkan skrip-nya kepada berbagai perusahaan film, tapi tidak ada yang mau
membelinya, karena pada saat itu memang film dengan latar belakang tinju tidak
laku di pasaran. Sampai akhirnya, ada sebuah perusahaan yang mau menawar harga
naskah film tersebut sebesar 75.000 dollar, sejumlah uang yang nilainya puluhan
kali lipat dari uang yang pernah dimiliki Stallone.
Saat itu, ada kebimbangan di dalam
hatinya. Uang itu, cukup untuk membuatnya hidup lebih layak dan makmur. Tapi di
sisi lain, Stallone ingin menjadi seorang bintang, seorang aktor terkenal,
bukan seorang penulis naskah film. Jadi Stallone mencoba menawarkan kepada
perusahaan film tersebut, agar dia yang menjadi aktor utamanya. Mereka menolak,
karena mereka sudah memilih seorang aktor yang sudah berpengalaman untuk film
tersebut, dibanding Stallone yang tidak punya latar belakang dan pengalaman di
film. Negosiasi menjadi alot, karena Stallone menolak menjual naskah tersebut
jika bukan dia yang menjadi pemeran utamanya. Bahkan saat harga naskah itu
meningkat tiga kali lipat, dan terus meningkat hingga satu juta dollar,
Stallone tetap menolaknya. Walau ia miskin dan lapar, tapi dia berani menolak
uang satu juta dollar, hanya karena dia sudah punya impian yang kuat, bahwa
dengan menjadi aktor, dia bisa memperoleh uang jauh lebih banyak dari uang satu
juta dollar.
Akhirnya, perusahaan film itu
menyerah juga, dan mereka mengijinkan Stallone menjadi pemeran utama, dengan
syarat naskah itu dijual hanya dengan harga 35.000 dollar, serta Stallone hanya
akan mendapat bayaran sebagai aktor sejumlah persentase tertentu jika film itu
cukup laku di pasaran. Sebuah pilihan berisiko tinggi diambil oleh Stallone.
Mengorbankan uang 75.000 dollar, dan hanya mendapatkan 35.000 dollar plus
tambahan lagi beberapa ribu dollar jika film itu laris. Semua orang di sekitarnya
mengatakan bahwa keputusan itu adalah keputusan terburuk yang pernah diambil
Stallone. Tapi Stallone tidak menggubris itu semua, karena di hatinya dia tahu,
bahwa yang dia lakukan ini hanyalah menunda kesenangan sesaat, untuk
mendapatkan kesenangan lain yang lebih besar.
Pada waktu film Rocky diluncurkan,
bukan saja film itu menjadi laris, tapi bahkan menjadi box office di seluruh
dunia, dengan total penjualan bersih menjadi 171 juta dollar, meraih 10
nominasi untuk academy awards, serta mendapatkan satu piala Oscar. Secara
spontan, Stallone langsung naik daun menjadi aktor kelas atas Hollywood, dan
tawaran main film kelas satupun mulai berdatangan ke dirinya. Apa yang dialami
oleh Sylvester Stallone adalah sebuah pilihan untuk berani menunda kesenangan-kesenang
an kecil, dan berjuang untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi lagi.
Jangan pernah terjebak dengan
kenyamanan sementara, yang kadang membuat kita merasa sudah puas, padahal bukan
itu sebenarnya yang kita inginkan. Nikmati hasil sementaranya, tapi tetaplah
punya visi ke depan yang jelas, untuk terus mengejarnya. Sukses untuk anda !
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Menunda Kesenangan Kecil Demi Kesuksesan Besar
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://nencyhardini4.blogspot.com/2013/01/menunda-kesenangan-kecil-demi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar